Selasa, 25 Juni 2013

RESENSI NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK




TUGAS AKHIR MEMBACA KOMPERHENSIF
RESENSI NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK






Disusun oleh :
TEGUH SURONO (A310120113)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA DAERAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2013











RESENSI NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK
JUDUL                                   :           WANITA PENGHIBUR DUKUH PARUK
JUDUL NOVEL                    :           RONGGENG DUKUH PARUK
NAMA PENGARANG         :           AHMAD TOHARI
PENERBIT                             :           PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
TAHUN                                  :           2011
JUMLAH HALAMAN          :           406 HALAMAN




LATAR BELAKANG NOVEL
Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948; adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Namun demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976).
Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pern  ah menjadi staf redaktur harian Merdeka, majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya di Jakarta. Dalam karir kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupan pesantren ini telah melahirkan novel dan kumpulan cerita pendek. Beberapa karya fiksinya antara lain trilogi ''Ronggeng Dukuh Paruk'' telah terbit dalam edisi Jepang, Jerman Belanda dan Inggris. Tahun 1990 pengarang yang punya hobi mancing ini mengikuti International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat dan memperoleh penghargaan The Fellow of The University of Iowa.
Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang diterbitkan tahun 1982 berkisah tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil, Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum.
Ronggeng Dukuh Paruk yang merupakan novel pertama dari trilogi tersebut membuka ceritanya dengan mendeskipsikan suatu keadaan sebuah perkampungan di daerah Jawa. Kampung tersebut memiliki suatu kebiasaan yang menjadi ciri khasnya, yaitu ronggeng.

SINOPSIS NOVEL
            Novel ini menceritakan tentang  sebuah dukuh atau yang sering dikenal dengan sebuah dusun yang sangat terpencil dan kecil.  Cerita dimulai ketika Dukuh Paruk dengan segala kecabulan dan keterbelakangannya sudah selama hampir belasan tahun kehilangan seorang ronggeng. Ronggeng adalah suatu kebanggaan di Dukuh Paruk. Perempuan yang meronggeng tidak akan dianggap sebagai perempuan jalang. Justru mereka akan sangat bangga apabila ada salah satu dari keluarga mereka menjadi seorang ronggeng. Maka selama hampir belasan tahun tanpa ronggeng, Dukuh Paruk serasa mati. Dukuh Paruk tidak pernah menyalahkan keberadaan ronggeng karena leluhur mereka, Ki Secamenggala tidak pernah juga menyalahkannya
Suatu ketika Dukuh Paruk yang sedang dilanda kemarau panjang. Disana hiduplah anak perempuan yang bernama Srintil. Dia mempunyai teman yang bernama Rasus. Dukuh Paruk merupakan perdukuhan yang miskin dan masih terbelakang, sehingga cara berfikir masyarakatnya pun masih primitif. Mereka sangat mengagungkan sesepuhnya yang sudah meninggal dunia dan mereka member nama Ki Sicamenggala.
Rasus dan Srintil sering bermain bersama. Dalam permainan itulah Srintil sering menari ronggeng dan diiringi musik dari mulut Rasus. Hal ini diketahui oleh kakek Srintil yang bernama Kartareja. Kartareja sebagai sesepuh Dukuh Paruh tahu benar bahwa hanya ketrunan yang hanya mendapatkan inang yang mampu menari Ronggeng dengan bagus. Maka dari itu, keesokan harinya dia menemui Sukarya, seorang dukuh Ronggeng.
Rasus dan Srintil merupakan anak yatim piatu. Orang tua mereka meninggal dalam sebuah peristiwa keracunan tempe bongkrek. Rasus mencoba berfikir kritis. Sebagai anak berumur 14 tahun dia mencoba berfikir kritis dengan keadaan ibunya. Hal ini terjadi karena adanya kesimpangsiuran informasi yang dia dapatkan. Tidak ada makam ibunya, nenek Rasus menyatakan bahwa ibunya dibawa oleh seorang mantri dan tidak pernah kembali. Orang menyebut bahwa jasad ibunya dibedah  untuk penelitian dan makamnya tidak diketahui. Sementara anggapan lain menyatakan bahwa ibunya pergi bersama si mantra dan hidup bersamanya serta tidak kembali. Hal inilah yang membuat dia terus mencari gambaran sosok ibunya, yang dia piker ada dalam diri Srintil.
Kembali pada Srintil, dia memang senang dalam menari ronggeng. Sukarnya sebagai dukuh Ronggeng tahu kemudian mengakui bahwa srintil mendapatkan inang dari Ki Sicamenggala. Dia menyebutkan dengan besuka cita, karena sudah lama di Dukuh Paruk tidak mendengan irama calung dan tarian Ronggeng.
Untuk menjadikan Srintil menjadi sosok Ronggeng yang sebenarnya, maka Sukarya mengadakan rangkaian upacara mulai dari memandikan Srintil di dekat makam Ki Sicamenggala sampai upacara bukak klambu. Srintil menjadi sangat terkanal , semua orang inggin memanjakannya. Hal ini membuat peasaan Rasus menjadi galau. Dia merasa Srintil sudah menjadi milik umum. Perlahan-lahan gambaran ibunya pada diri Srintil menghilang, meski demikian Rasus masih berusaha selalu tetap dekat dengan Srintil.
Suatu saat Rasus berbohong kepada neneknya, Rasus berhasil memberikan keris kepada Srintil, keris itu dinamakan Keris Kyai Jaran Guyang, salah satu keris yang mampu membuat pemakainya menjadi terkenal. Dengan semakin tenarnya Srintil Rasus semakin resah, terlebih ketika acara buka klambu dilakukan.
Acara buka klambu adalah acara yang mana perawan Srintil boleh direnggut oleh siapapun yang mampu memenuhi persyaratan yang dilontarkan oleh sukarnya. Ada dua orang yang berhasil uang setara satu keeping uang emas. Mereka berdua adalah Dower dan Sulam, mereka berdua berhak untuk memerawani Srintil, namun dengan taktik licik nyai Sukarnya mereka berdua merasa telah merenggut keperawanan Srintil yang pertama. Padahal yang terjadi adalah Nyai Sukarnya membuat mabuk Sulam. Orang pertama yang menjalani bukak kelambu adalah Dower, sementara Sulam teler. Begitu terbangun, dia meminta untuk memerawani Srintil sementara Dower tertidur selepas memerawani srintil. Meski taktik ini berhasil namun ketika bukak kelambu sebenarnya srintil sudah tidak perawan, karena dia sudah bersetubuh dengan Rasus. Rasus sendiri sebenarnya menolak namun dia tidak kuasa.
Srintil sudah benar menjadi Ronggeng sekarang, sudah banyak lelaki yang menjamahnya. Terlebih setiap kali ke pasar Dawuhan dia selalu menjadi bahan perbincangan. Rasus yang tidak tahan akhirnya memutuskan untuk keluar dari perdukuhan. Dia menetap di pasar Dukuhan sebagai seorang pengupas ketela. Dia menumpang di suatu latak seorang pedagang. Berada di pasar Dawuhan membuat dia mampu membuka mata, mampu melihat dunia secara luas.
Pola pikirnya menganai Srintil sebagai ibunya perlahan mulai hilang dan lenyap. Terlebih ketika dating padanya Sersan Slamet. Pertemuan tidak sengaja itu kelak merubah jalan hidupnya. Diawali dengan bekerja sebagai pembantu kemudian dia diangkat menjadi orang kepercayaan Slamet. Terlebih setelah insiden dia menembak batu, dengan alas an batu itu sebagai simbul mantri yang membawa lari emaknya. Sersan Slamet mulai membolehkannya memanggul senjata, begitupun setelah peristiwa itu berlalu kebenciannya kepada emaknya mendadak surut.
Hingga suatu ketika terdengar kasak kusuk ada perampokan di Dukuh Paruk. Rasus ikut ambil bagian, bahkan dia dengan keberaniannya mampu melumpuhkan dua orang perampok. Operasi ini berhasil menyelamatkan Srintil dan berjalan keluar perdukuhan.

PENILAIAN DAN HUBUNGAN DENGAN KARYA LAIN
Ahmad  Tohari menulis sebuah novel yang diambil dari kisah nyata ini dengan tujuan untuk mengenang serta menyambukan dengan sejarah pada masa orde baru yaitu dengan adanya pergolakan paham komunis. Novel yang bertemakan Kehidupan realitas sosial, alur yang dipakai yaitu  campuran, yang mengambil setting disebuah pedesaan. Terdapat dua tokoh utama yang berperan yaitu Srintil dan Rasus. 
Jika saya disuruh memilih salah satu karya Ahmad  Tohari Ronggeng Dukuh Paruk dengan karya Dewi Lestari Perahu Kertas maka saya masih lebih memilih karya Ahmad Tohari, sebab karya Ahmad Tohari lebih sarat akan nilai kemanusiaan dan penghormatan pada perempuan. Srintil merupakan simbol tokoh yang dijadikan sebagai semangat keperempuanan yang berjuang untuk keluar dari hitamnya zaman,dimana perempuan saat itu harus diperbudak oleh lelaki sebagai hawa nafsu dan selalu dikekang dalam memilih hidupnya sendiri. Sangat sarat dengan HAM.terutama lebih menekankan hak pribadi yang juga harus dimiliki seseorang (terutama perempuan). Novel ini juga mengajarkan kita untuk selalu sadar dan ingat sejarah. Sejarah disini bukan harus ditutupi,namun dikaji dan direnungkan sebagai suatu ‘pedoman arah’ agar sejarah yang tak terulang di masa depan, akantetapi karya Dewi Lestari juga memiliki banyak keunggulan salah satunya ialah banyak imajinasi baru yang diciptakan Dee, diantaranya adalah Radar Neptunus, menulis surat pada Perahu Kertas dan kemudian melayarkannya ke tenagh lautan dengan maksud agar perahu kertas itu bisa berlabuh. Ceritanya sangat remaja sekali, sepertinya tidak ada adegan yang harus disensor, sehingga siapapun bisa membaca novel ini atau melihat filmnya yang sudah tayang dilayar lebar. Namun ternyata dibalik kesempurnaannya, novel ini masih mempunyai kekurangan, yaitu tak ada peran antagonis yang ditonjolkan, serta saking sederhananya, pembaca bisa menebak suatu pertemuan yang tidak disengaja, bahkan endingnya.
 Begitu juga di akhir cerita dalam novel Perahu Kertas tidak begitu jelas, penulis tidak menceritakan bagaimana akhir ceritanya, dalam hal ini lukisan yang dibuat Kugy dan Keenan tidak tahu apakah diterbitkan ataukah tidak dan siapakah yang akhirnya memimpin perusahaan ayah Keenan, dan kemana perginya Remi setelah putus dengan Kugy itu juga tidak jelas. Mungkin harus membaca terusannya di Perahu Kertas
            Akan tetapi karya Ahmad Tohari Ronggeng Dukuh Paruk juga ada kelemahnya yaitu penceritaan yang bertele-tele dengan sisipan suasana desa yang begitu detail namun keluar dari alur cerita,sehingga cerita seolah menjadi tak konsisten dan terlalu jenuh untuk dibaca. Dan yang paling kental adalah banyaknya kata-kata yang sangat seronok dan kasar,seperti Asu Buntung,Bajul Buntung,dan sebagainya yang begitu kasar dalam kasta Bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia.
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terus berusaha

manisnya hidup kita yang menentukan