TUGAS AKHIR MEMBACA KOMPERHENSIF
RESENSI NOVEL
RONGGENG DUKUH PARUK
Disusun oleh
:
TEGUH SURONO
(A310120113)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA DAERAH
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN
2013
RESENSI NOVEL RONGGENG
DUKUH PARUK
JUDUL : WANITA
PENGHIBUR DUKUH PARUK
JUDUL NOVEL : RONGGENG DUKUH PARUK
NAMA PENGARANG :
AHMAD TOHARI
PENERBIT : PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
TAHUN : 2011
JUMLAH HALAMAN : 406
HALAMAN
LATAR BELAKANG NOVEL
Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13
Juni 1948; adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Namun
demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran
Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman,
Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman
(1975-1976). Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pern ah menjadi staf redaktur harian Merdeka, majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya di Jakarta. Dalam karir kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupan pesantren ini telah melahirkan novel dan kumpulan cerita pendek. Beberapa karya fiksinya antara lain trilogi ''Ronggeng Dukuh Paruk'' telah terbit dalam edisi Jepang, Jerman Belanda dan Inggris. Tahun 1990 pengarang yang punya hobi mancing ini mengikuti International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat dan memperoleh penghargaan The Fellow of The University of Iowa.
Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang diterbitkan tahun 1982 berkisah tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil, Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum.
Ronggeng Dukuh Paruk yang merupakan novel pertama dari trilogi tersebut membuka ceritanya dengan mendeskipsikan suatu keadaan sebuah perkampungan di daerah Jawa. Kampung tersebut memiliki suatu kebiasaan yang menjadi ciri khasnya, yaitu ronggeng.
SINOPSIS NOVEL
Novel ini menceritakan tentang sebuah dukuh atau yang sering dikenal dengan sebuah dusun yang sangat terpencil dan kecil. Cerita dimulai ketika Dukuh Paruk dengan segala kecabulan dan keterbelakangannya sudah selama hampir belasan tahun kehilangan seorang ronggeng. Ronggeng adalah suatu kebanggaan di Dukuh Paruk. Perempuan yang meronggeng tidak akan dianggap sebagai perempuan jalang. Justru mereka akan sangat bangga apabila ada salah satu dari keluarga mereka menjadi seorang ronggeng. Maka selama hampir belasan tahun tanpa ronggeng, Dukuh Paruk serasa mati. Dukuh Paruk tidak pernah menyalahkan keberadaan ronggeng karena leluhur mereka, Ki Secamenggala tidak pernah juga menyalahkannya
Suatu ketika Dukuh Paruk yang sedang dilanda
kemarau panjang. Disana hiduplah anak perempuan yang bernama Srintil. Dia
mempunyai teman yang bernama Rasus. Dukuh Paruk merupakan perdukuhan yang
miskin dan masih terbelakang, sehingga cara berfikir masyarakatnya pun masih
primitif. Mereka sangat mengagungkan sesepuhnya yang sudah meninggal dunia dan
mereka member nama Ki Sicamenggala.
Rasus dan Srintil sering bermain bersama. Dalam
permainan itulah Srintil sering menari ronggeng dan diiringi musik dari mulut
Rasus. Hal ini diketahui oleh kakek Srintil yang bernama Kartareja. Kartareja
sebagai sesepuh Dukuh Paruh tahu benar bahwa hanya ketrunan yang hanya
mendapatkan inang yang mampu menari Ronggeng dengan bagus. Maka dari itu,
keesokan harinya dia menemui Sukarya, seorang dukuh Ronggeng.
Rasus dan Srintil merupakan anak yatim piatu. Orang
tua mereka meninggal dalam sebuah peristiwa keracunan tempe bongkrek. Rasus
mencoba berfikir kritis. Sebagai anak berumur 14 tahun dia mencoba berfikir
kritis dengan keadaan ibunya. Hal ini terjadi karena adanya kesimpangsiuran
informasi yang dia dapatkan. Tidak ada makam ibunya, nenek Rasus menyatakan
bahwa ibunya dibawa oleh seorang mantri dan tidak pernah kembali. Orang menyebut
bahwa jasad ibunya dibedah untuk penelitian dan makamnya tidak diketahui.
Sementara anggapan lain menyatakan bahwa ibunya pergi bersama si mantra dan
hidup bersamanya serta tidak kembali. Hal inilah yang membuat dia terus mencari
gambaran sosok ibunya, yang dia piker ada dalam diri Srintil.
Kembali pada Srintil, dia memang
senang dalam menari ronggeng. Sukarnya sebagai dukuh Ronggeng tahu kemudian
mengakui bahwa srintil mendapatkan inang dari Ki Sicamenggala. Dia menyebutkan
dengan besuka cita, karena sudah lama di Dukuh Paruk tidak mendengan irama
calung dan tarian Ronggeng.
Untuk menjadikan Srintil menjadi sosok Ronggeng
yang sebenarnya, maka Sukarya mengadakan rangkaian upacara mulai dari
memandikan Srintil di dekat makam Ki Sicamenggala sampai upacara bukak klambu.
Srintil menjadi sangat terkanal , semua orang inggin memanjakannya. Hal ini
membuat peasaan Rasus menjadi galau. Dia merasa Srintil sudah menjadi milik
umum. Perlahan-lahan gambaran ibunya pada diri Srintil menghilang, meski
demikian Rasus masih berusaha selalu tetap dekat dengan Srintil.
Suatu saat Rasus berbohong kepada neneknya, Rasus
berhasil memberikan keris kepada Srintil, keris itu dinamakan Keris Kyai Jaran
Guyang, salah satu keris yang mampu membuat pemakainya menjadi terkenal. Dengan
semakin tenarnya Srintil Rasus semakin resah, terlebih ketika acara buka klambu
dilakukan.
Acara buka klambu adalah acara
yang mana perawan Srintil boleh direnggut oleh siapapun yang mampu memenuhi
persyaratan yang dilontarkan oleh sukarnya. Ada dua orang yang berhasil uang
setara satu keeping uang emas. Mereka berdua adalah Dower dan Sulam, mereka
berdua berhak untuk memerawani Srintil, namun dengan taktik licik nyai Sukarnya
mereka berdua merasa telah merenggut keperawanan Srintil yang pertama. Padahal
yang terjadi adalah Nyai Sukarnya membuat mabuk Sulam. Orang pertama yang
menjalani bukak kelambu adalah Dower, sementara Sulam teler. Begitu terbangun,
dia meminta untuk memerawani Srintil sementara Dower tertidur selepas
memerawani srintil. Meski taktik ini berhasil namun ketika bukak kelambu
sebenarnya srintil sudah tidak perawan, karena dia sudah bersetubuh dengan
Rasus. Rasus sendiri sebenarnya menolak namun dia tidak kuasa.
Srintil sudah benar menjadi Ronggeng sekarang,
sudah banyak lelaki yang menjamahnya. Terlebih setiap kali ke pasar Dawuhan dia
selalu menjadi bahan perbincangan. Rasus yang tidak tahan akhirnya memutuskan
untuk keluar dari perdukuhan. Dia menetap di pasar Dukuhan sebagai seorang
pengupas ketela. Dia menumpang di suatu latak seorang pedagang. Berada di pasar
Dawuhan membuat dia mampu membuka mata, mampu melihat dunia secara luas.
Pola pikirnya menganai Srintil sebagai ibunya
perlahan mulai hilang dan lenyap. Terlebih ketika dating padanya Sersan Slamet.
Pertemuan tidak sengaja itu kelak merubah jalan hidupnya. Diawali dengan
bekerja sebagai pembantu kemudian dia diangkat menjadi orang kepercayaan
Slamet. Terlebih setelah insiden dia menembak batu, dengan alas an batu itu
sebagai simbul mantri yang membawa lari emaknya. Sersan Slamet mulai
membolehkannya memanggul senjata, begitupun setelah peristiwa itu berlalu
kebenciannya kepada emaknya mendadak surut.
Hingga suatu ketika terdengar kasak kusuk ada
perampokan di Dukuh Paruk. Rasus ikut ambil bagian, bahkan dia dengan
keberaniannya mampu melumpuhkan dua orang perampok. Operasi ini berhasil
menyelamatkan Srintil dan berjalan keluar perdukuhan.
PENILAIAN DAN HUBUNGAN DENGAN KARYA LAIN
Ahmad Tohari menulis
sebuah novel yang diambil dari kisah nyata ini dengan tujuan untuk mengenang
serta menyambukan dengan sejarah pada masa orde baru yaitu dengan adanya
pergolakan paham komunis. Novel yang bertemakan Kehidupan realitas sosial, alur
yang dipakai yaitu campuran, yang mengambil setting disebuah pedesaan.
Terdapat dua tokoh utama yang berperan yaitu Srintil dan Rasus.
Jika saya disuruh memilih salah satu karya Ahmad
Tohari Ronggeng Dukuh Paruk dengan karya Dewi Lestari Perahu Kertas maka saya
masih lebih memilih karya Ahmad Tohari, sebab karya Ahmad Tohari lebih sarat
akan nilai kemanusiaan dan penghormatan pada perempuan. Srintil merupakan
simbol tokoh yang dijadikan sebagai semangat keperempuanan yang berjuang untuk
keluar dari hitamnya zaman,dimana perempuan saat itu harus diperbudak oleh
lelaki sebagai hawa nafsu dan selalu dikekang dalam memilih hidupnya sendiri.
Sangat sarat dengan HAM.terutama lebih menekankan hak pribadi yang juga harus
dimiliki seseorang (terutama perempuan). Novel ini juga mengajarkan kita untuk
selalu sadar dan ingat sejarah. Sejarah disini bukan harus ditutupi,namun
dikaji dan direnungkan sebagai suatu ‘pedoman arah’ agar sejarah yang tak
terulang di masa depan, akantetapi karya Dewi Lestari juga memiliki banyak
keunggulan salah satunya ialah banyak imajinasi baru yang diciptakan Dee,
diantaranya adalah Radar Neptunus, menulis surat pada Perahu Kertas dan
kemudian melayarkannya ke tenagh lautan dengan maksud agar perahu kertas itu
bisa berlabuh. Ceritanya sangat remaja sekali, sepertinya tidak ada adegan yang
harus disensor, sehingga siapapun bisa membaca novel ini atau melihat filmnya
yang sudah tayang dilayar lebar. Namun ternyata dibalik kesempurnaannya, novel
ini masih mempunyai kekurangan, yaitu tak ada peran antagonis yang ditonjolkan,
serta saking sederhananya, pembaca bisa menebak suatu pertemuan yang tidak
disengaja, bahkan endingnya.
Begitu juga di akhir cerita dalam novel
Perahu Kertas tidak begitu jelas, penulis tidak menceritakan bagaimana akhir
ceritanya, dalam hal ini lukisan yang dibuat Kugy dan Keenan tidak tahu apakah
diterbitkan ataukah tidak dan siapakah yang akhirnya memimpin perusahaan ayah
Keenan, dan kemana perginya Remi setelah putus dengan Kugy itu juga tidak
jelas. Mungkin harus membaca terusannya di Perahu Kertas
Akan
tetapi karya Ahmad Tohari Ronggeng Dukuh Paruk juga ada kelemahnya yaitu
penceritaan yang bertele-tele dengan sisipan suasana desa yang begitu detail
namun keluar dari alur cerita,sehingga cerita seolah menjadi tak konsisten dan
terlalu jenuh untuk dibaca. Dan yang paling kental adalah banyaknya kata-kata
yang sangat seronok dan kasar,seperti Asu Buntung,Bajul Buntung,dan sebagainya
yang begitu kasar dalam kasta Bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar